Minggu, 02 September 2012

Time to Travel [Part 5]

Wah, liburan gue uudah berakhir sejak satu minggu yang lalu. Namun, baru bisa posting lagi sekarang karena baru ada akses internet lagi.


Candi Borobudur

Keesokan hari setelah gue ilang hape di Pantai Parantritis, gue tetep jalan-jalan di Yogyakarta dan sekitarnya *ya iyalah*. Hari Sabtu, gue bangun pagi-pagi dan sekeluarga pergi ke Candi Borobudur. Candi Borobudur ini termasuk Candi Buddha yang terletak di Magelang, sekitar satu setengah jam perjalanan dari pusat kota Jogja, berjarak kurang lebih 40km. Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia *dulunya, and it will always be for me*. Merupakan warisan budaya manusia yang sangat indah dan luar biasa. Sampai sekarang gue masih ga habis pikir bagaimana cara membangun candi semegah itu yang tahan berabad-abad. Papa cerita kalau pertengahan tahun 80-an beberapa stupa di Candi Borobudur hancur karena bom. Gue langsung cari berita tentang hal itu di internet dan memang 9 stupa hancur karena pemboman tersebut.

Yang menarik dari Candi Borobudur selain kemegahannya adalah relief-relief yang terukir di dinding batu candi tersebut. Relief-relief tersebut bercerita tentang suatu kisah yang gue sendiri lupa kisah tentang apa *maaf*. Kalau mau tau lebih lanjut tentang Candi Borobudur silahkan kunjungi situs Indonesia Travel http://indonesia.travel/id/destination/233/borobudur :p. Ada juga stupa-stupa yang didalamnya berisi patung Sidharta Gautama, serta tiga tingkatan pada Candi Borobudur, meliputi Kamadhatu yang paling bawah, Rupadhatu, dan Arupadhatu yang merupakan tingkatan para dewa. Bisa dilihat kutipan yang gue ambil dari wikipedia di bawah ini.


"Kamadhatu
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu rendah". Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan batu yang diduga dibuat untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bagian kaki asli yang tertutup struktur tambahan ini terdapat 160 panel cerita Karmawibhangga yang kini tersembunyi. Sebagian kecil struktur tambahan di sudut tenggara disisihkan sehingga orang masih dapat melihat beberapa relief pada bagian ini. Struktur batu andesit kaki tambahan yang menutupi kaki asli ini memiliki volume 13.000 meter kubik.[2]
Rupadhatu
Empat undak teras yang membentuk lorong keliling yang pada dindingnya dihiasi galeri relief oleh para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu terdiri dari empat lorong dengan 1.300 gambar relief. Panjang relief seluruhnya 2,5 km dengan 1.212 panel berukir dekoratif. Rupadhatu adalah dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada ceruk atau relung dinding di atas pagar langkan atau selasar. Aslinya terdapat 432 arca Buddha di dalam relung-relung terbuka di sepanjang sisi luar di pagar langkan.[2] Pada pagar langkan terdapat sedikit perbedaan rancangan yang melambangkan peralihan dari ranah Kamadhatu menuju ranah Rupadhatu; pagar langkan paling rendah dimahkotai ratna, sedangkan empat tingkat pagar langkan diatasnya dimahkotai stupika (stupa kecil). Bagian teras-teras bujursangkar ini kaya akan hiasan dan ukiran relief.
Arupadhatu
Berbeda dengan lorong-lorong Rupadhatu yang kaya akan relief, mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkanalam atas, di mana manusia sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum mencapai nirwana. Pada pelataran lingkaran terdapat 72 dua stupa kecil berterawang yang tersusun dalam tiga barisan yang mengelilingi satu stupa besar sebagai stupa induk. Stupa kecil berbentuk lonceng ini disusun dalam 3 teras lingkaran yang masing-masing berjumlah 32, 24, dan 16 (total 72 stupa). Dua teras terbawah stupanya lebih besar dengan lubang berbentuk belah ketupat, satu teras teratas stupanya sedikit lebih kecil dan lubangnya berbentuk kotak bujur sangkar. Patung-patung Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar. Rancang bangun ini dengan cerdas menjelaskan konsep peralihan menuju keadaan tanpa wujud, yakni arca Buddha itu ada tetapi tak terlihat.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud yang sempurna dilambangkan berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga Buddha yang tidak rampung, yang disalahsangkakan sebagai patung 'Adibuddha', padahal melalui penelitian lebih lanjut tidak pernah ada patung di dalam stupa utama, patung yang tidak selesai itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. Menurut kepercayaan patung yang salah dalam proses pembuatannya memang tidak boleh dirusak. Penggalian arkeologi yang dilakukan di halaman candi ini menemukan banyak patung seperti ini. Stupa utama yang dibiarkan kosong diduga bermakna kebijaksanaan tertinggi, yaitu kasunyatan, kesunyian dan ketiadaan sempurna dimana jiwa manusia sudah tidak terikat hasrat, keinginan, dan bentuk serta terbebas dari lingkaran samsara."



Untuk biaya masuk ke lingkungan Candi Borobudur ini akan dikenakan biaya sebesar Rp 30.000,00 untuk satu orang dewasa dan Rp 12.500,00 untuk satu orang anak kecil. Di sana juga sedang digembar-gemborkan tentang pemakaian batik. Bagi siapapun yang ingin mengenakan kain batik selama di wilayah Candi Borobudur, disediakan tempat peminjaman kain batik untuk dikenakan oleh para wisatawan, for free loh. Berhubung gratis, ya gue pake deh! Demi batik Indonesia :D

Oh, iya, di jalan menuju lokasi Candi Borobudur, kita juga bisa menjumpai Candi Mendut yang bisa langsung dilihat dari jalan. Katanya sih ada satu candi lagi di sekitar sana bernama Candi Pawon. Tapi, gue belum pernah liat. Nah, katanya lagi, ketiga candi tersebut berada dalam satu garis lurus dan ada dongeng juga tentang ketiganya yang beredar di masyarakat sekitar.

Di Borobudur, gue naik-naik sampat stupa terbesar yang ada di Arupadhatu. Hohoho. Sebelah bagian dari candi di tingkatan Rupadhatu kemarin sedang maintenance alias diperbaiki. Semoga cepat selesai. Sudah siang dan sudah capek karena naik tangga setinggi itu, gue pun kelaparan. Gue bareng keluarga makan siang masih di wilayah Candi Borobudur, lumayan cocok dengan lidah Sunda gue kok. Makanannya ga manis :D


Candi Prambanan

Seusai makan siang, kami melanjutkan perjalanan dari Borobudur menuju Prambanan. Di jalan cari masjid dulu buat sholat dan akhirnya sampai di Prambanan hampir masuk waktu Ashar. Sama seperti di Borobudur harga tiketnya, langsung beli dan masuk lokasi. Naik-naik lagi di Candi Prambanan, tapi sudah terlalu lelah di sana. Sayangnya juga, Candi Siwa yang merupakan candi utama di Prambanan yang paling besar sedang tidak boleh dimasuki oleh pengunjung. Sepertinya sedang rusak karena gempa yang terjadi beberapa waktu lalu. Akhirnya, gue keliling-keliling di candi sekitarnya saja. Melihat arca yang terdapat di dalamnya dan tentu saja tidak lupa untuk foto-foto.

Candi Prambanan ini merupakan candi peninggalan Kerajaan Hindu dikenal juga dengan nama Candi Roro Jonggrang. Candi utamanya dikelilingi oleh candi-candi yang lebih kecil. Sayangnya candi-candi di sekitar candi tersebut sudah banyak yang tak berbentuk, hanya bersisa bebatuannya saja. Hal menarik dari candi ini adalah yang membangun memiliki nama yang sama dengan kakak gue, Rakai Pikatan. Kalau nama kakak gue, Rakay P juga, tapi P-nya dari Panhara. hehe.

Di kawasan wisata Candi Prambanan ini terdapat banyak candi-candi lainnya, contoh yang mungkin dikenal lagi adalah Candi Sewu. Memang candinya sebanyak seribu loh! *sedikit sotoy* *tapi kalo menurut pelajaran sejarah waktu sekolah kayaknya kesotoyan gue benar*. Gue keliling komplek Prambanan dan melihat candi-candi lain disekelilingnya menggunakan kereta mobil. Cukup  membayar Rp 5.000,00 sekali putaran. Kalau mau menikmatinya sambil bersepeda juga bisa, terdapat tempat penyewaan sepeda di sana. Sama juga seperti di Borobudur, saat gue ke sana sedang diadakan 'pembatikan wisatawan'. Hehe. Istilah yang gue buat sendiri.


Malioboro

Buat yang suka shopping, siapa sih yang ga kenal sama nama Malioboro? Tempat perbelanjaan baik wisatawan domestik maupun luar negeri yang satu ini memang sangat terkenal di Jogjakarta. Terletak di pusat kota dan hanya beberapa menit dari alun-alun Keraton. Di sana, dijual segala macam barang, terutama oleh-oleh khas Jogja, dari mulai souvenir dalam bentuk pernak-pernik seperti gantungan kunci, gelang, dan lainnya, ada juga batik seperti baju, kemeja, dress (daster juga banyak), sapu tangan, tas batik perca, ransel, sendal batik, banyak banget deh yang berbau batik, serta ada pula kaos-kaos khas Jogja beragam merk. Kalau dulu ada satu merk terkenal Dagadu, nah sekarang sudah mulai banyak para pembuat kaos lainnya yang tidak kalah bagus. Kalau kepingin belanja batik murah ada Pasar Beringharjo di Malioboro. Ilmu penting yang harus dimiliki adalah jago nawar :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar