Rabu, 24 Oktober 2012

Belajar dan Bermimpi di Kelas Maninfo

Bukan, saya bukan ketiduran di kelas Maninfo. Ya kali juga bisa tidur kalau dosennya Bu Putri. Hehehe.

Tadi pagi di kelas, beliau sempat sedikit menyinggung soal mimpi. Berawal dari basis data konseptual/logical yang benar-benar ideal masuk ke physical dan masuk lagi ke implementasi. Hal tersebut diibaratkan dengan mimpi. Di saat kita punya mimpi, mimpilah setinggi-tingginya tidak perlu memikirkan 'hal teknisnya' dulu. Boleh kita bermimpi dan mengkhayal seimajinatif mungkin. Toh mimpi yang sangat besar pun belum tentu bisa diwujudkan semua kan? Bahkan biasanya hanya secuil dari mimpi itu yang terwujud. Nah, itu lah konsep basis data yang dirancang seideal mungkin dan senormal mungkin untuk menghindari redundansi dan menjaga integritynya.

Kalau kita sudah bermimpi, tentu kita selanjutnya baru melihat realita yang ada di environment-nya kan? Di situ barulah kita akan menemui constraint lain sehingga tidak bisa memenuhi idealisme kita sebelumnya. Bahkan cenderung akan menemui banyak constraint dan hambatan. Sama seperti ketika kita masuk ke physical, saat itu kita sudah mulai membicarakan storage dan akses, bagaimana kita menggunakan storage seminimal mungkin dan mengakses (data retrieval) secepat mungkin sehingga performance-nya oke. Kita harus memperhatikan volume data dari masing-masing tabel dan juga frekuensi aksesnya. Saat itu juga mungkin akan terjadi denormalisasi untuk basis datanya. Yah, sudah capek-capek dinormalisasi sebelumnya kan? Sama saja seperti kita harus bisa memilah mimpi mana yang memang hanya angan belaka atau masih bisa dikompres dengan mimpi yang benar-benar bisa kita wujudkan.

Next, tahap implementasi. Yah, itu sudah dibahas di physical sih. Tinggal hal teknis yang tersisa di sini. Langsung diimplementasikan. Ini tahap konkret dari mewujudkan suatu impian :)

Pesan yang didapat dari kuliah pagi tadi:
Kita boleh menjadi seorang pemimpi, tapi ada kalanya kita harus menjadi realis.

Ada satu hal lagi yang sempat dibahas dan itu suatu hal yang pernah saya dan salah seorang teman saya perbincangkan di messenger. Tentang belajar. Belajar bukan hanya akademik kan? Di kala membahas seberapa besar scope tugas besar kami (peserta kuliah). Dosen tersebut akan memberitahu kalau scope kami terlalu kecil, tapi untuk yang terlalu besar akan membiarkannya sampai saat tertentu. Jadi apa kaitannya dengan perbincangan saya dan teman saya? Ini ada sedikit cerita tentang pembelajaran di organisasi sih, dimana mungkin ada pihak a yang terlalu baik dan selalu memikirkan pihak b yang masih perlu bimbingan. Semua pihak tentu masih perlu yang namanya bimbingan (graor, diksi ini malah membuat saya teringat bimbingan TA ~~). Jadi, untuk beberapa waktu pihak b ini sedang memiliki banyak masalah dan mungkin kemarin sempat 'jatuh' berkali-kali. Tapi, toh kalau mereka jatuh, disitulah letak mereka akan belajar kan? Namanya juga belajar, pasti pernah dan harus terjatuh, kalau belum pernah jatuh kita ga akan pernah belajar buat ngerasain sakit dan susahnya, kita juga ga akan pernah belajar buat bangun lagi dengan kekuatan sendiri. Intinya itu sih. Dibilang juga oleh dosen saya, orang sukses itu bukan orang yang selalu diberi kemudahan untuk melewati segala sesuatunya, melainkan orang yang terjatuh berkali-kali tapi selalu bisa bangun lagi.

~nice session~