Jumat, 29 Juni 2012

Malam Kamis di BasDat

Judulnya.. Hmmm.. Sedikit seram.. Hahahaha..

Ga penting. Jadi, tadi gue baru pulang dari 'kumpul-kumpul' bersama segelintir orang di selasar Basis Data. Topik yang diangkat adalah kaderisasi. Ya, kaderisasi. Bukan gue banget emang. Haha. Ini gue juga dateng karena sekalian keluar dan diajak penanggung jawab angkatan untuk kaderisasi kali ini. Gue ga akan cerita tentang apa yang kami bicarakan tadi sekarang dengan alasan belum waktunya semua itu dibeberkan dan di sini sepertinya bukan tempat yang tepat. Yang mau gue tulis sekarang cuma secuil pikiran yang berkecamuk di kepala ini. Apa sih kaderisasi? Gue bukan orang yang pantas buat ngebahas hal ini. Gue juga masih ngerasa bukan kader yang baik di organisasi gue. Gue cuma orang yang berusaha menjalankan tugas atau kewajiban dimana gue berada yang dalam hal ini adalah organisasi. Tapi, di saat gue bisa lepas dari tugas atau kewajiban itu gue cukup menikmati kegabutan gue kok. Hehehe.

Nah, balik lagi nih ke pertanyaan tadi. Apa itu kaderisasi? Kaderisasi itu pengaderan. Pengaderan sendiri menurut kamus berarti proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader. Apa itu kader? Yaitu orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan, partai, dsb. Dalam kasus ini, organisasi dan lebih mengerucut lagi himpunan mahasiswa jurusan. Menurut gue juga kaderisasi itu proses pembelajaran dan proses ini akan dilakukan seumur hidup, meskipun dengan nama yang berbeda. Tidak selalu bernama kaderisasi.

Jelas bukan? Proses mendidik! Menurunkan ilmu kepada calon kader nantinya. Bukan ajang balas dendam seperti yang sering kita dengar di salah satu perguruan tinggi sana. Bukan ajang menyakiti anak orang secara fisik! Tapi MENDIDIK! Itu kaderisasi. Bukan ajang gaya-gayaan agar terlihat 'cool' sebagai satuan keamanan atau terlihat selalu 'ceria dan bersemangat' sebagai motivator atau terlihat 'tegas dan berwibawa' sebagai seorang danlap yang lantang berbicara di depan calon kader. Itu cuma sebagian kecil yang jadi efek samping pengkader, namun mesti diingat lagi bahwa tujuan utama kaderisasi adalah mendidik yaitu penurunan ilmu atau sharing knowledge kepada calon kader ini. Terkadang mendidik perlu cara yang keras agar ilmu yang diturunkan diserap dengan baik, tapi tidak selamanya itu berjalan efektif. Selama masih bisa diturunkan dengan cara-cara yang lebih manusiawi, tanpa adanya let's say agitasi atau semacamnya, kenapa tidak? Tegas itu dibutuhkan tapi tidak selalu harus keras. Saya bilang tidak selalu loh, jadi sekali-kali keras juga bahkan diperlukan apalagi untuk para calon kader yang terkadang mungkin masih duduk diam di comfort zone-nya sehingga perlu sedikit 'tamparan'. Tapi, keras yang saya maksud di sini bukan keras secara fisik ya dan bukan juga cuma adu keras suara. Seorang pengkader itu seharusnya sudah tahu dengan baik apa yang ingin ditanamkan kepada yang dikader. Seorang pengkader seharusnya bisa mencerminkan nilai-nilai yang ada dalam organisasinya sehinggal nilai-nilai serta ilmu-ilmu tersebut bisa diturunkan dengan baik ke generasi setelahnya.

Gue bukan anak PSDA atau MSDM atau HRD atau apapun itu yang berbau anggota. Gue bukan orang yang peduli dengan kaderisasi juga. Tapi, alangkah indahnya apabila kaderisasi itu bisa benar-benar menghasilkan kader-kader terbaik untuk suatu organisasi dan kembali ke tujuan awal kaderisasi itu, untuk menurunkan ilmu dan nilai-nilai yang ada dalam suatu organisasi.

Selamat mengikuti kaderisasi untuk para mahasiswa baru, selamat mengikuti apalah itu namanya osjur untuk yang akan bergabung dengan himpunan, selamat mengikuti kaderisasi terbaik yang ada di keluarga kita, selamat mengikuti kaderisasi akademis, selamat untuk para calon kader terbaik bangsa wahai pemuda pemudi Indonesia :) <-- sambil diputar lagu Bangun Pemudi Pemuda #lebay

Tidak ada komentar:

Posting Komentar