Selasa, 25 Januari 2011

Tumpukan Kertas dan Daun-Daun Kering

Ayiih, hari ini udah kuliah lagi aja, perasaan liburan gue ga pernah berasa. Aaargh! Jadi inget liburan-liburan sebelumnya. Libur semesteran yang pertama, gue harus bolak-balik Bandung-Cirebon berkali-kali karena baik di Bandung maupun di Cirebon, gue lagi ada kegiatan saat itu. Liburan kenaikan tingkat, hmm, diisi dengan kegiatan yang 'bermanfaat' sih dan memang ga bikin capek. Ya, gue ikut osjur sama diklat oskm.

Yang mulai duluan tuh diklat terpusat oskm. Ini merupakan serangkaian diklat yang diberikan untuk calon panitia penerimaan mahasiswa baru 2010. Di sana kita bener-bener dapat pengalaman yang seru. Kita bisa kenalan sama anak-anak dari jurusan lain yang notabene mungkin jarang berinteraksi dengan kita kalo lagi hari kuliah. Selang 2 minggu dari diklat terpusat oskm, osjur pun dimulai. Ya, osjur! Loh, kok baru tingkat 2 osjurnya? Jawabannya gampang, karena tingkat 1 atau biasa di sebut masa TPB *aslinya sih Tahap Persiapan Bersama, tapi biasa disebut Tahap Paling Bahagia*, kita masih ada di fakultas/sekolah dan belum dijurusin *silat kali? pake jurus, XD*

Hampir bersamaan dengan dimulainya Sparta *sebutan osjur di program studi gue*, dimulai juga diklat divisi oskm. Ada 3 divisi lapangan di oskm, yang pertama keamanan, medis, dan tata tertib kelompok alias taplok. Gue ikut diklat taplok. Hmhm. Jadi inget tugas yang super banyak waktu itu. Yang harusnya gue liburan 2 bulan, gue jadi hampir berasa ga liburan. Huhu :(

Tapi, ga nyesel sih. Life is a choice kalo kata orang mah. Hidup adalah pilihan, dan gue milih buat mengisi liburan dengan beragam kegiatan kampus *haha, sok banget lah gue*. Ya, dari diklat oskm, sparta, dan PLO sebelumnya *ospek fakultas*, gue dapet pengalaman segudang. Dari mulai temen baru, kenalan baru, lebih kenal tentang kampus gue, mungkin juga keterampilan baru. Waktu diklat maupun ospek, kita dituntut untuk kreatif, tidak jarang kita disuruh membuat suatu karya dari bahan yang biasanya udah tidak kita gunakan lagi. Contohnya, kita disuruh untuk membuat buku kelompok yang tiap lembarnya berasal dari kertas reuse. Waktu nyari kertas itu berasa kertas-kertas yang udah hampir ga guna, dan mungkin kita buang kalo lagi beres-beres kamar jadi punya nilai guna lagi. Hmhm, dan yang penting mengurangi tumpukan kertas tidak terpakai di kamar gue. Hehehe.



Pernah juga kita disuruh membuat suatu karya dari daun kering, yang kita kumpulkan sendiri. Boleh kita cari di sekitar kampus *kebetulan kampus gue banyak banget pohonnya* atau kita cari di deket rumah dan kosan. Kalo gue sama temen-temen waktu itu nyari di taman depan kampus. Daun kering yang biasa disapu sama petugas kebersihan terus mungkin dibakar, bias kita manfaatkan buat jadi suatu karya. Sayangnya gue ga mendokumentasikan hasil yang kelompok gue buat. Dari daun kering yang kemudian ditransformasi menjadi sebuah karya, ternyata ini bisa dijadikan bisnis juga. Gue nemu cerita tentang pemanfaatan daun kering ini waktu lagi googling gambar daun kering. Di Surabaya, seorang ibu bernama Nanik Heri, pemilik bengkel Kriya Daun hanya memulai usahanya dengan modal Rp 100.000,00 dari uang pensiunan suaminya dan daun kering, sekarang omzet usahanya sudah mencapai Rp 50 juta per bulan dengan kapasitas produksi 3.000 item per bulan. Wow. Kalo mau baca cerita lengkapnya klik aja di liputan 6.

Nah, manfaat dari daun kering bisa juga dijadikan kompos. Kalau mau tau cara pembuatan kompos gue kasih dari tulisan Riyanto ini. Gue copas nih, biar ga ada unsur yang dihilangkan atau dilebihkan *alesan, bilang aja males ngetik lagi, hehe*

"Kompos merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi pembuangan sampah dan  juga bermanfaat bagi tanaman. KSU Pointer mulai membuat kompos dari sampah organik berupa sisa makanan dan buah-buahan serta daun kering.

Manfaat kompos
1. Memperbaiki struktur tanah
3. Menambah daya ikat air
4. Memperbaiki udara dalam tanah
5. Menyuburkan tanah

Tempat pengomposan
Ada banyak tempat untuk pengomposan, seperti menggali lubang dalam tanah, memakai bak, drum plastik tetapi jangan sampai terkena air hujan. Jika berupa drum plastik atau tempat yang lainnya pada bagian bawah harus diberi lubang sebanyak lima buah.

Tips Membuat Kompos
Memisahkan sampah organik dan nonorganik, sampah organik bisa berupa sampah dapur atau daun-daun kering dan sampah nonorganik berupa plastik, karet, besi, dan lain-lain.
Setelah memisahkan sampah, sampah organik dicacah atau dipotong kecil-kecil supaya mempermudah proses pengomposan.

Pencampuran
Setelah sampah dipotong kecil-kecil kemudian dicampur dengan serbuk gergaji dan larutan mikroba berupa EM4 atau MOL tapai (tape singkong). MOL tapai adalah campuran gula+tapai yang didiamkan selama satu minggu. Setelah pencampuran, masukkan ke dalam tong selama lima minggu.

Pematangan
Sampah diaduk seminggu sekali selama lima minggu.

Ciri-ciri kompos
1. Tidak berbau busuk
2. Warnanya coklat kehitaman

Pengayakan
Kompos yang sudah jadi diayak supaya mendapat hasil yang baik."

Sepertinya ga terlalu sulit. Silakan dicoba. Nanti gue minta komposnya!
Lihatkan, banyak banget manfaat dari tumpukan kertas maupun daun kering. terima kasih diklat oskm dan sparta yang mengajarkan saya untuk lebih kreatif dan memanfaatkan hal kecil sekalipun. Dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang mungkin tidak terpakai lagi, bisa kita jadikan karya yang lebih bermanfaat. Lihat barang-barang tersebut dari sudut pandang lain, jangan hanya dianggap sebagai sampah. Okeh?!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar