Senin, 24 Januari 2011

"Hikmah, Itu Sampah..."

Beberapa hari yang lalu, waktu gue nonton tipi, gue sempet liat berita tentang pembangunan jalan layang di Jakarta. Pembangunan memang hal yang bagus, tapi kalau dengan mengorbankan banyak pohon? *ini retoris*. Jalanan yang dipenuhi pohon besar sangat rindang dan sejuk. Kalau terus-terusan ditebangin  sampai pohon habis, bukan hanya kesejukkan yang direnggut tapi juga daerah resapan air akan berkurang. Topiknya bakal lanjut ke masalah lingkungan nih. Gue mau sedikit cerita tentang sebuah kejadian yang sangat kecil dan mungkin tidak begitu penting. Ini mungkin hanya sekedar kisah waktu gue masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Namun, efeknya masih membekas hingga sekarang dalam hidup gue dan temen gue.

Gue dan Hikmah, temen baik gue, sempat diberi kepercayaan untuk menjadi manajer Civetta Footbal Club. Civetta merupakan ekstrakurikuler bagi para pecinta sepak bola dan futsal di sekolah kami. Hikmah yang saat itu ngajak gue gabung sama Civetta. Gue sama Hikmah memang sama-sama pecinta bola. Latihan rutin diadakan setiap hari Rabu dan Jum'at. Nah, suatu ketika datang beberapa alumni yang mampir untuk mengunjungi dan melihat adik-adiknya latihan *biasanya sih mereka ikut main juga*. Biasanya yang sering datang ke sekolah adalah mahasiswa-mahasiswa dari kampus dimana saya berkuliah sekarang. Saat itu sekitar tahun 2007 atau 2008. Civetta sendiri baru resmi berdiri tahun 2004. Jadi alumni yang saya temui adalah angkatan pertama. Mereka angkatan 2005 dan 2006. Tua ya? -padahal cuma beda 3-4 tahun dari gue, hehe-. Biasanya alumni yang paling sering datang adalah Mas Bacar, Mas Burhan, Mas Oca, sama Mas Fajar. Khusus Mas Fajar, dia saat itu adalah pelatih Civetta, jadi wajar dia paling sering dateng. Dia juga angkatan paling tua, angkatan 2004 *peace, Mas!*

Kalau tidak salah waktu itu hari Jum'at. Jum'at sore pukul 3 sampai selesai adalah waktu latihan kami. Gue sama Hikmah kelaperan waktu nungguin anak-anak latihan. Lalu, kita berdua ke depan sekolah buat cari makanan. Jajanan depan sekolah kan biasanya dibungkus pakai plastik, baik makanan maupun minumannya, jadi kami bisa langsung kembali ke pinggir lapangan sambil membawa jajanan yang baru kami beli. Di sana, kami ngobrol-ngobrol dan bercanda dengan para alumni sambil latihan. Nah, gue sama Hikmah waktu itu ngobrol sama Mas Burhan. Hikmah yang makanannya sudah habis tiba-tiba menjatuhkan plastiknya begitu saja. Tiba-tiba Mas Burhan manggil dia, "Hikmah." Si Hikmah masih ngejawab dengan polos, "Iya, Mas?". Dengan masih tenang dan nada yang biasa aja Mas Burhan cuma bilang, "Itu Sampah..."

"Gile tuh orang! Abis manis sepah dibuang!" kata si Gelas Plastik.
"Haduh, jangan geletakin kita sembarangan dong, Bang!"


Mas Burhan mengucapkannya dengan tenang, tapi Hikmah langsung shock dan gue juga yang berdiri di samping Hikmah langsung diam sambil melihat bungkusan plastik yang masih gue pegang. Dengan spontan, Hikmah ngambil bungkusan makanan yang tadi dia buang. Lalu, dia buang ke tempat sampah. melihat kami berdua terbengong-bengong karena kaget diperingatkan seperti itu, Mas Burhan mulai mengajak kami ngobrol kembali. Ternyata setelah melewati percakapan antara kami bertiga, diketahui bahwa Mas Burhan saat itu merupakan ketua U-Green. Sebuah unit kegiatan mahasiswa pecinta lingkungan. Yang gue tahu sebelum ini Mas Burhan merupakan mahasiswa di Teknik Kelautan yang memang di bawah Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan --ada lingkungan-lingkungan nya juga, hm hm-- Memang tidak dibatasi siapa saja yang mau terjun menjadi pecinta lingkungan kan? Bahkan sangat dianjurkan setiap orang yang ada di dunia sekarang mencintai lingkungannya supaya mereka bisa kembali melihat hijaunya hutan, jernihnya air, dan sejuknya udara yang sudah hampir tidak bisa dirasakan di perkotaan saat ini. Bumi kian gersang. Siapa lagi yang berkewajiban menjaganya, jika bukan kita?

Kejadian tadi memang sangat sepele. Tapi, entah kenapa, gue sama Hikmah selalu ingat kejadian tersebut. Sejak itu, saya sama Hikmah benar-benar berhati-hati untuk tidak membuang sampah sembarangan. Hal kecil bukan? Tapi, pada awalnya itu cukup sulit untuk dilakukan. Namun, sekarang gue juga udah hampir bisa tidak melakukan "membuang sampah dimanapun". Biasanya gue kalo abis makan cemilan/snack atau minum dan tidak menemukan tempat sampah, jika itu sampah kering, gue masukin dulu ke kantong atau ke dalam tas *bagian dari tas yang isinya kosong loh, gue ga sejorok itu sampai nyampah di tas yang penuh buku dan lainnya, he*. Nah, kalau ketemu tempat sampah baru deh gue buang.

Itu mudah kok, kalau kita sudah terbiasa. Makanya biasakanlah dari diri sendiri. Sampah memang hal kecil. Tapi kalau dibiarkan menumpuk di tempat yang tidak seharusnya itu membuatnya menjadi masalah yang akan membesar untuk lingkungan kita. Ingat saat Bandung menjadi lautan sampah kan? Mulai dari hal kecil dan dari diri sendiri. Hijaukan kembali bumi kita, kawan!

Anyway, besok gue udah masuk semester 4. Kuliah perdana gue juga berhubungan dengan lingkungan. Semester ini gue ngambil KesLing a.k.a. Kesehatan Lingkungan. Di kampus gue, tiap mahasiswa dari jurusan apapun wajib mengambil salah satu mata kuliah lingkungan. Biar kita lebih kenal dengan lingkungan dan lebih peduli dengan lingkungan pastinya. Karena besok kuliah perdana KesLing jam 7 pagi *dan karena ini mata kuliah dari prodi lain* gue ga berani telat. Makanya, sekarang gue mau matiin laptop dulu. Cabut charger-nya biar aman dan hemat energi. Matiin lampu kamar. Bobo deh. Zzzz...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar