Rencananya di postingan kali ini, saya ingin berbagi cerita tentang Keraton Ngayogyakarta dan Pantai Parangtritis. Saya menjelajahi keduanya di hari Jumat, 24 Agustus 2012. Sudah cukup banyak foto yang diambil menggunakan kamera handphone saya yang hanya 2MP. Padahal, rencana A adalah saya ingin berbagi cerita tentang wisata Indonesia khususnya Yogyakarta setiap hari sepanjang saya ada di Kota Pelajar tersebut dengan foto-foto yang saya telah ambil. Namun, semuanya hilang begitu saja. Mungkin tergulung ombak. Mungkin terkubur pasir pantai. Ya, saya kehilangan handphone (lagi). Ini yang kedua kalinya dalam dua tahun terakhir. Terakhir kali saya kehilangan hape pada 26 Maret 2011 dan saya pun dibelikan hape baru 3 November tahun lalu. Sedihnya, bahkan belum genap 9 bulan hape saya sudah raib tak berbekas.
Ikhlaskan saja, mungkin di situ ada hak orang lain dan itu belum rezeki saya. Hal tersebut yang dikatakan oleh ibu saya. Entah karena saya yang sudah semakin terbiasa dengan kecerobohan saya yang berujung menghilangkan atau merusak barang, saya sama sekali tidak meneteskan air mata ketika hape saya hilang. Sedih? Pastinya. Tapi, apa lagi yang bisa saya perrbuat? Nothing.
Ya sudahlah. Daripada memikirkan hape yang hilang, lebih baik membicarakan liburannya. Tapi tanpa gambar sih, jadi kurang seru.
Keraton Nyayogyakarta
Sudah berkali-kali saya pergi ke Keraton ini. Mungkin juga karena ayah saya termasuk orang yang menyukai sejarah, kerajaan, keraton, dan budayanya. Ayah saya sempat tinggal di Yogyakarta, mungkin itu alasannya beliau ingin anak-anaknya kuliah di kota ini. Well, both of his son and daughter didn't make his wish come true.
Untuk masuk ke dalam keraton ini, dikenakan biaya yang cukup murah, Rp 5.000,00/orang ditambah Rp 1.000,00 untuk izin kamera. Harga yang sangat terjangkau. Banyak juga wisatawan asing yang datang ke keraton ini. Di sekeliling keraton terdapat dua buah alun-alun, alun-alun utara dan alun-alun selatan, yang masing-masing terdapat dua buah pohon beringin besar yang seperti membentuk gerbang di tengah alun-alun ini. Alun-alun utara terbilang lebih ramai dibanding yang selatan, banyak orang berjualan di sana. Mungkin, karena dekat dengan pintu masuk keraton juga.
Begitu masuk ke dalam Keraton terdapat beragam bangunan mewah kuno. Jalanan yang memisahkan bangunan-bangunan tersebut dikelilingi oleh pasir. Dipamerkan beragam peralatan mulai dari perabot rumah tangga seperti kursi, meja, medali yang diperoleh Sultan, bahkan ada juga peralatan makan, kereta, kain batik, dan juga foto-foto serta lukisan-lukisan. Masih banyak deh.
Di ruang pameran barang-barang milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX, tepatnya di meja kerja beliau, saya melihat sebuah buku dengan judul 'Takhta untuk Rakyat'. Sempat sedikit merenung dan berpikir, apabila para petinggi negeri ini berpegang teguh pada frase tersebut, makmurlah negeri kita ini. Sayang, sepertinya mereka lebih banyak berpikir 'Tahta untuk Pribadi/Golongan'. No offense untuk siapapun. Entahlah. Mungkin saya masih sedikit idealis karena belum menjumpai dunia yang katanya terlalu abu-abu di luar sana.
Well, overall, it really worths to visit Keraton Ngayogyakarta.
Pantai Parangtritis
Pantai Selatan yang terkenal dengan urban legend Nyi Roro Kidul ini memiliki pemandangan pantai yang sangat indah. Saya ke sana sore hari, dengan tujuan menikmati sunset yang indah. Di pantai dengan ombak yang terbilang sedang tinggi dan saya yang tidak bisa berenang, pada akhirnya saya hanya duduk-duduk di pantai, melihat ombak yang berkejaran di pantai. Sesekali saya pergi mendekati ombak tersebut untuk merasakan terpaan ombak. Seru! Apalagi saat ombak yang masih terbilang kencang berasa menarik kaki kita yang menginjak pasir yang ikut terbawa ombak. Sepertinya hampir 9 tahun yang lalu terakhir saya pergi ke Parangtritis ini. Kalau tidak salah tepat satu tahun sebelum Tsunami di Aceh, yang membuat saya sedikit takut untuk petgi ke pantai, khususnya pantai luar Indonesia. Dan ternyata beberapa tahun setelah Tsunami di Aceh, memang giliran pantai-pantai Selatan Pulau Jawa yang terhantam musibah seperti Pangandaran dan Parangtritis. Alhamdulillah, pariwisata di kedua pantai tersebut sekarang sudah kembali seperti semula. Saya pun menikmati udara sejuk di pantai dan berjalan-jalan sedikit menyusuri pantai dengan menunggang kuda. Di sana juga, kita bisa naik andong ataupun kendaraan AT. I did take some photos, the beach, the sand, and the waves. Anddd, it's gone.
Malamnya, saya melihat berita di televisi, tentang orang yang hilang di Pantai Pelabuhan Ratu, lebih tepatnya ada 4 orang meninggal dan 3 masih hilang. Di situ saya masih bersyukur karena hanya hape saya yang hilang.
Jumat, 31 Agustus 2012
Jumat, 24 Agustus 2012
Time to Travel [Part 3]
Di perjalanan menuju Kota Yogyakarta, saya menyempatkan untuk mampir ke sebuah rumah makan ayam goreng yang cukup terkenal. Awalnya berencana untuk sarapan di rumah makan yang sama di Brebes, sayangnya belum buka. Akhirnya saya sarapan di KFC Tegal, makan pancakenya yang enak itu lagi.
Sekitar pukul 10, melewati daerah Pemalang ternyata di sana ada rumah makan itu juga. Tapi karena sudah terlanjur sarapan, kami memutuskan untuk makan siang di Pekalongan saja, di Mbok Berek juga.
Ayam di sini sebenarnya sama seperti ayam di Suharti. Ayam yang disajikan ayam kampung. Enak. Kremesnya gurih. Patut dicoba deh buat para pemudik pantura. Hehe.
Published with Blogger-droid v2.0.6
Rabu, 22 Agustus 2012
Time to Travel [Part 2]
Packing buat berlibur. Gue cuma bawa beberapa helai baju, celana pendek, dan jeans. Cukup. Ga perlu bawa barang banyak-banyak. Perlengkapan mandi belum gue siapin. Yang ga boleh ketinggalan itu, charger handphone, kabel data buat ngecharge di mobil, dan headset buat di sepanjang perjalanan. Novel juga gue bawa buat nemenin kalau sudah mulai suntuk. Persiapan pulsa buat berinternet ria *palingan baca komik sama social networking doang*. Cukup itu. Cukup. Ga perlu repot. Tinggal berangkat.
Time to Travel [Part 1]
Libur lebaran terakhir selama menjabat sebagai mahasiswa S1 *amiiin*. Nah, di liburan kali ini, gue berencana berlibur bersama keluarga. Acara jalan-jalan sebenarnya sudah dimulai sejak lebaran hari pertama, walaupun itu sebenarnya adalah acara silaturahim.
Seperti biasa, di hari pertama lebaran, gue sekeluarga pergi ke kuningan, tepatnya ke daerah Kalapa Gunung, daerah asalnya Papa. Di sana, nyekar dulu ke kuburan aki sama eni. Lanjut, berkunjung ke tempat familinya papa. Muter-muter di Kalapa Gunung. Sayang tidak sempat foto-foto di sana *lupa foto lebih tepatnya*. Seinget gue, waktu kecil tempat itu masih sawaaaaah semua. Kalau sekarang, sudah banyak rumah baru nan mewah juga yang dibangun di daerah itu. Bahkan, kalau mendengar cerita papa, beliau bilang dulunya daerah tersebut masih leuweung alias hutan dan kebon. Sepulangnya dari sana, mampir dulu deh di salah satu tempat makan bakso di Jalaksana *nyamnyam*. Ditambah oleh-oleh yang banyak banget dari Kalapa Gunung. Lengkap sudah hari ini dipenuhi dengan makan enak. Sesampainya di Cirebon, mampir ke rumah kakaknya mama, ternyata di sana sedang berkumpul saudara dari mama juga yang datang dari Jakarta dan Bekasi yang baru sampai Cirebon setelah terjebak macet. Ketemu sama sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan unyu gue yang langsung pada adu nangis entah kenapa. Haha.
Seperti biasa, di hari pertama lebaran, gue sekeluarga pergi ke kuningan, tepatnya ke daerah Kalapa Gunung, daerah asalnya Papa. Di sana, nyekar dulu ke kuburan aki sama eni. Lanjut, berkunjung ke tempat familinya papa. Muter-muter di Kalapa Gunung. Sayang tidak sempat foto-foto di sana *lupa foto lebih tepatnya*. Seinget gue, waktu kecil tempat itu masih sawaaaaah semua. Kalau sekarang, sudah banyak rumah baru nan mewah juga yang dibangun di daerah itu. Bahkan, kalau mendengar cerita papa, beliau bilang dulunya daerah tersebut masih leuweung alias hutan dan kebon. Sepulangnya dari sana, mampir dulu deh di salah satu tempat makan bakso di Jalaksana *nyamnyam*. Ditambah oleh-oleh yang banyak banget dari Kalapa Gunung. Lengkap sudah hari ini dipenuhi dengan makan enak. Sesampainya di Cirebon, mampir ke rumah kakaknya mama, ternyata di sana sedang berkumpul saudara dari mama juga yang datang dari Jakarta dan Bekasi yang baru sampai Cirebon setelah terjebak macet. Ketemu sama sepupu-sepupu dan keponakan-keponakan unyu gue yang langsung pada adu nangis entah kenapa. Haha.
Di hari kedua lebaran, gue cuma keliling-keliling ke beberapa rumah saudara yang ada di sekitar rumah. Ditempuh cukup dengan berjalan kaki. Siang harinya, cuma glantang-gluntung ga jelas di rumah, nonton TV, dan beres-beres rumah.
Hari ketiga lebaran, gue kembali pergi ke Kuningan. Kali ini, gue nyambangin daerah asal mama yaitu Nusaherang. Hmm. Jadi, di sana itu, terdapat tiga buah rumah yang berderetan yang isinya rumah adik-adik dari nenek gue. Kata mama, mbah itu anak ketiga, kakaknya yang pertama bernama Mbah Ijah yang kata mama tinggal di Sumatra, yang kedua Mbah Bihi, dan keduanya sudah meninggal jauh sebelum gue lahir. Mbah sendiri bernama Icoh, masih punya empat orang adik, yaitu Mbah Emah yang dulu tinggal di Klayan, Cirebon namun sudah meninggal juga, Mbah Entin yang tinggal di salah satu dari tiga rumah yang ada di Nusaherang, Aki Eno yang dulu tinggal di Depok, tapi sekarang sudah tinggal di Kuningan lagi, Mbah Rus yang meninggal beberapa tahun yang lalu, dan yang terakhir Mbah Uha. Kalau sudah ketemu di Nusaherang, gue udah ga paham lagi silsilah keluarganya bagaimana. Semakin banyak orang di keluarga besar gue yang gue ga kenal. Beberapa sih, masih gue inget minimal mukanya. Hehe. Kalau urusan nama, ya, gue memang sangat pelupa. Dari Nusaherang, beranjak ke rumah Aki Eno sampai Maghrib. Selepas Maghrib, pulang lagi deh ke Cirebon dan hampir terjebak macet. Perjalanan Kuningan-Cirebon yang biasanya paling lama 1 jam, ini makan waktu sampai 2 jam. Lewat pukul setengah 9, baru sampai di tengah kota Cirebon. Langsung cari makan malam, tapi menyusuri Jalan Pemuda, Cipto, dan Tentara Pelajar namun semua tempat makan penuh semua. Pantura oh pantura. Alhasil, gue ga dapet makanan apapun di jalan dan terpaksa makan mie rebus ramai-ramai di rumah :(
Lebaran keempat, gue beres-beres rumah lagi sebelum ditinggal pergi sampai minggu depan. Gue besok pagi bakal berangkat ke Jogjakarta. Yeah! Gue kangen main ke pantai dan diajakin Papa liburan ke sana *langsung joged-joged kesenengan*. Semoga ga kena macet karena gue bakal ngelawan arus balik lebaran. Tapi masih sedikit curiga bakal kena macet arus balik pas gue balik ke Cirebon nih. Ah, ya sudahlah. Bukan gue yang nyetir ini. Hahaha. Yang penting, semoga semuanya selamat sampai tujuan dan bersenang-senang selalu :p
Sepulangnya dari liburan, gue bakal langsung balik ke Bandung dan langsung kuliah. Jadi, lanjutan cerita berliburnya kalau sempat yaa. Haha. *siapa juga yang peduli sama cerita gue kan ya? lol*
Okeh, karena besok gue berangkat pagi-pagi bener, gue mau tidur sesegera mungkin. Minal aidin semuanyaaaaa :). Maaf lahir batin bila ada kata-kata yang salah di semua postingan gue. Hehehe.
Rabu, 15 Agustus 2012
Thinking More
Sometimes, people just need to be alone. I let myself to be alone when I was in anger. Well, maybe if I was a shape shifter and I could turn myself into some dangerous animals, no one would like to see me breaking all the things around me without my emotion controlled. I let myself be alone also when i am in sadness. It's just not good for anyone to know my sadness. I could just calm myself down better when I'm alone, when nothing bothers me, nothing bothers my mind that makes me think more clearly. My anger and sadness management.
You know you need someone else's opinion to give you some other points of view. But sometimes when we are not in a good mood, we are not trying to be open-minded. In my case, I could be a really open-minded person but some other times I could be a stubborn.
As a person who has thinking points much much bigger than feeling points in characteristics test, I think lots more than feels (hell yeah, I'm not good at feeling or sensing). I used to think too logically without considering anyone's feeling including mine. Being too logic is good until I experience some effects unwanted. When I was being too logic (and still am now), it's just good because you will not have any emotion about anything. In other way, we could just say you would feel nothing which I consider as a good part of it. So, I tried to feel and sense more but for me I don't think it suits. Then I got back to my-old-self and just think even more.
--just an old post in my brain with revision
You know you need someone else's opinion to give you some other points of view. But sometimes when we are not in a good mood, we are not trying to be open-minded. In my case, I could be a really open-minded person but some other times I could be a stubborn.
As a person who has thinking points much much bigger than feeling points in characteristics test, I think lots more than feels (hell yeah, I'm not good at feeling or sensing). I used to think too logically without considering anyone's feeling including mine. Being too logic is good until I experience some effects unwanted. When I was being too logic (and still am now), it's just good because you will not have any emotion about anything. In other way, we could just say you would feel nothing which I consider as a good part of it. So, I tried to feel and sense more but for me I don't think it suits. Then I got back to my-old-self and just think even more.
--just an old post in my brain with revision
Published with Blogger-droid v2.0.6
Jumat, 03 Agustus 2012
Citadels, Wale, Dago Pakar
Dalam dua minggu terakhir ini, gue pergi ke Dago Pakar 2 kali. Jum'at minggu lalu dan malam ini. Bersenang-senanglah selagi masih muda, kawan. Haha.
Rencana awalnya, hari ini gue cuma mau main berdua sama Gita. Temen gue yang satu itu baru pulang dari Balikpapan selepas kerja praktik di sana. Wew, dari rencana awal ketemu berdua doang dan jalan-jalan, eh malah berakhir ramai-ramai. Berhubung gue akhirnya ketemuan sama Gita di sekretariat 2 HMIF yang ternyata lagi ada teman-teman lain yang sedang berkumpul.
Gue di sekre dari sekitar pukul setengah 3. Gita juga datang abis Ashar. Nah, begitu dia datang, kita langsung ngobrol asik sendiri di luar, tepatnya di tangga depan sekre. Haha. Terus muncul Ical yang ikutan nimbrung, terus muncul Ali yang ikutan nimbrung juga, terus bermunculan yang lainnya satu per satu. Hahaahha. Terus akhirnya kita ngobrolin mau buka puasa di mana. Dari mulai ke sini sampai ke situ *ga deskriptif*. Sampai pada akhirnya kita memutuskan untuk ke Wale di Dago Pakar.
Di sana, kita main board game yang namanya Citadels. Ada yang pernah dengar? Game yang satu ini katanya asalnya dari Jerman. Permainan ini cukup seru dan bisa dimainkan beramai-ramai. Contohnya saja, tadi kita memainkannya bertujuh, Hehe.
Gue ga akan menjelaskan tentang cara bermainnya karena itu terlalu panjang. Intinya, game ini punya dua jenis kartu: karakter dan bangunan (district cards). Storylinenya gini, pada game ini semua pemain berada dalam sebuah kerajaan yang terbagi-bagi ke dalam suatu wilayah. Di sini sebenarnya kita mau memajukan kerajaan dengan melakukan pembangunan di wilayah yang kita pegang dengan menggunakan karakter yang kita mainkan. Terdapat 9 buah kartu karakter dengan abilitynya masing-masing (kalau kata Lio, ini udah ekstensi dari sebelumnya):
Rencana awalnya, hari ini gue cuma mau main berdua sama Gita. Temen gue yang satu itu baru pulang dari Balikpapan selepas kerja praktik di sana. Wew, dari rencana awal ketemu berdua doang dan jalan-jalan, eh malah berakhir ramai-ramai. Berhubung gue akhirnya ketemuan sama Gita di sekretariat 2 HMIF yang ternyata lagi ada teman-teman lain yang sedang berkumpul.
Gue di sekre dari sekitar pukul setengah 3. Gita juga datang abis Ashar. Nah, begitu dia datang, kita langsung ngobrol asik sendiri di luar, tepatnya di tangga depan sekre. Haha. Terus muncul Ical yang ikutan nimbrung, terus muncul Ali yang ikutan nimbrung juga, terus bermunculan yang lainnya satu per satu. Hahaahha. Terus akhirnya kita ngobrolin mau buka puasa di mana. Dari mulai ke sini sampai ke situ *ga deskriptif*. Sampai pada akhirnya kita memutuskan untuk ke Wale di Dago Pakar.
Di sana, kita main board game yang namanya Citadels. Ada yang pernah dengar? Game yang satu ini katanya asalnya dari Jerman. Permainan ini cukup seru dan bisa dimainkan beramai-ramai. Contohnya saja, tadi kita memainkannya bertujuh, Hehe.
Sumber: http://edtec670.edublogs.org/2009/10/27/citadels/ |
1. Assasin
Karakter ini memiliki ability untuk membunuh karakter lainnya dengan cara menyebutkan nama karakter yang ingin dibunuh sehingga karakter tersebut akan mati dan tidak boleh bermain pada turn-nya di round tersebut.
2. Thief
Karakter ini memiliki ability untuk mencuri uang dari karakter lainnya dengan cara menyebutkan nama karakter yang ingin dia curi. Pada saat gilirannya, pemain yang memegang karakter tersebut harus menyerahkan semua uang (gold coins) yang dimilikinya kepada Thief.
3. Magician
Karakter ini memiliki ability untuk menukar kartu yang ada di tangannya dengan kartu dari tangan pemain lain, dengan menyebutkan nama pemain bukan nama karakter. Atau bisa juga menukar kartu dengan kartu dari deck.
4. King
Karakter ini yang memegang crown dan menyebutkan urutan turn pemain. Urutannya sendiri selalu sama, dan keuntungan menjadi raja adalah pada turn berikutnya dia yang pertama kali memilih kartu karakter.
5. Bishop
Karakter ini memiliki ability, bangunan yang sudah dibangun tidak bisa dihancurkan oleh Warlord pada round tersebut.
6. Merchant
Karakter ini mendapat satu gold coin setiap turn-nya.
7. Architect
Karakter ini memiliki ability untuk melakukan pembangunan sekaligus 2 dalam 1 turn. Setelah itu, boleh memilih untuk mengambil 2 gold coins atau 3 buah kartu bangunan dari deck kemudian memilih dua diantaranya. Normalnya, seorang pemain hanya bisa membangun satu kali dalam 1 turn dan mengambil 2 buah kartu dari deck kemudian memilih 1 saja.
8. Warlord
Karakter ini memiliki kemampuan untuk menghancurkan bangunan pemain lain dengan cara membayar seharga membangunnya dikurangi satu koin.
9. Queen
Pemain dengan karakter ini berhak memperoleh 3 koin apabila dia duduk tepat di sebelah pemain yang menjadi King.
Semalam, gue, Gita, Lio, Ali, Rido, Algo, dan Ical memainkan game ini sampai 'diusir' sama karyawan Wale. Haha. Sayangnya, game yang dimainkan belum selesai. Setelah dihitung-hitung kekayaannya, si Gita yang menang. Padahal dia baru pertama kali main. She's a really lucky girl. Dia selalu beruntung dalam hal apapun sepertinya :)
Benar kata Lio sih, sebenarnya permainan ini membuat kita menjadi lebih pintar untuk membaca orang, beruntunglah kalau kita mengenal karakter lawan which he's good at it unlike me, lol. Pokoknya board game yang satu ini terlalu seru untuk dimainkan. Try it out! Pertama kali gue main board game ini di Kummara. Ini kali kedua main sih, tapi tetep aja ga pernah inget rules-nya. Hehehehe.
Kamis, 02 Agustus 2012
Well, I (We) Never Grew Up
Tengah malam tadi, iseng buka satu jejaring sosial dan menemukan status salah seorang teman yang berisikan ucapan terima kasih untuk Digimon :)
Kalau kata 9gag, 90's kids itu anak-anak yang hidup paling bahagia. Gue sepenuhnya setuju dengan pendapat tersebut. Gue sebutin alasannya, pertama karena gue tergolong 90's kid dan gue memang bahagia. Cukup kan satu alasan? Masih kurang puas? Well, 90's kids hidup di jaman analog dan juga jaman digital (termasuk jaman peralihan di antara keduanya). Sebagai anak-anak yang masih berada pada jaman analog, gue masih merasakan kesenangan bermain di luar rumah bersama teman-teman sebaya, lari-larian di bawah terik matahari, manjat pohon, main sepeda, otopet, cari ikan, main rumah-rumahan dari tanah, banyak permainan tradisional seperti petak umpet, bentengan, temprangan (ini namanya bener ga ya?), gobak sodor, kum-kuman, lompat tali, barbie yang digunting-gunting (ini gue nemu lagi, waktu ponakan gue beli di kantor kecamatan deket rumah), masak-masakan sampai masak beneran, bekel, congklak, main board game kayak ular tangga sama monopoli dari mulai monopoli indonesia sampai internasional (dan sekarang sudah terlalu banyak versi monopoli), game boy yang layarnya masih monokrom, tamagochi, banyak bangeeeet dah. Sedangkan sebagai anak yang berada pada jaman peralihan menuju era digital, gue sempat main SEGA dan NINTENDO, sebelum Play Station berjaya, nyicipin PS1 dan PS2, tapi jujur gue belum pernah main PS3. Gue emang ga pernah boleh beli video game, tapi main ke rumah teman kan masih boleh. Hehe. Mulai jarang main keluar rumah. Haha. Era digital pun dimulai sudah sejak saat itu, sampai pertama kali mama sama papa punya handphone waktu SD. Sebelumnya ngerasain juga memakai telepon umum koin di sekolahan buat minta jemput. Biasanya ngantri panjaaaang kalo pulang sekolah, terus sekali nelpon cuma 100 perak. Gue inget banget tuh, dulu sempat ada kartu voucher gitu buat nelpon, jadi ga usah pake koin tinggal masukin kode-kode gitu.
Masih minta alasan lain? Acara TV! Surganya acara TV untuk anak-anak mungkin dialami oleh generasi gue, terutama hari Minggu. Dari Subuh, gue udah bangun buat mantengin TV. Kalau ga salah, dulu mulai jam 5 pagi itu udah ada Club Disney Indonesia dan sampai jam 12 siang, tapi lama-lama menyusut sampai jam 10 doang. Dan sekarang, udah ga tau lagi deh, kartun kesayangan itu masih ada atau nggak. Ini nih kartun yang dulu suka ditontonin: Sailormoon, Gundam, Let's And Go, Hamtaro, Chibi Maruko Chan, Ksatria Baja Hitam, Cardcaptor Sakura, UFO Baby, Do Re Mi, Pokemon, Digimon, Doraemon, Detektif Conan, Crayon Sinchan, Samurai X, Inuyasha, Dragon Ball, Power Ranger, Mojacko, Ninja Hatori, Ninja Boy, Dr. Slump, P-Man, Ultraman, Anpanman, ada si Unyil juga, dan masiiiiiiiiiiiih banyak lagi. Hahaha.
Menyenangkan bukan hidup sebagai 90's kids?
Kalau kata 9gag, 90's kids itu anak-anak yang hidup paling bahagia. Gue sepenuhnya setuju dengan pendapat tersebut. Gue sebutin alasannya, pertama karena gue tergolong 90's kid dan gue memang bahagia. Cukup kan satu alasan? Masih kurang puas? Well, 90's kids hidup di jaman analog dan juga jaman digital (termasuk jaman peralihan di antara keduanya). Sebagai anak-anak yang masih berada pada jaman analog, gue masih merasakan kesenangan bermain di luar rumah bersama teman-teman sebaya, lari-larian di bawah terik matahari, manjat pohon, main sepeda, otopet, cari ikan, main rumah-rumahan dari tanah, banyak permainan tradisional seperti petak umpet, bentengan, temprangan (ini namanya bener ga ya?), gobak sodor, kum-kuman, lompat tali, barbie yang digunting-gunting (ini gue nemu lagi, waktu ponakan gue beli di kantor kecamatan deket rumah), masak-masakan sampai masak beneran, bekel, congklak, main board game kayak ular tangga sama monopoli dari mulai monopoli indonesia sampai internasional (dan sekarang sudah terlalu banyak versi monopoli), game boy yang layarnya masih monokrom, tamagochi, banyak bangeeeet dah. Sedangkan sebagai anak yang berada pada jaman peralihan menuju era digital, gue sempat main SEGA dan NINTENDO, sebelum Play Station berjaya, nyicipin PS1 dan PS2, tapi jujur gue belum pernah main PS3. Gue emang ga pernah boleh beli video game, tapi main ke rumah teman kan masih boleh. Hehe. Mulai jarang main keluar rumah. Haha. Era digital pun dimulai sudah sejak saat itu, sampai pertama kali mama sama papa punya handphone waktu SD. Sebelumnya ngerasain juga memakai telepon umum koin di sekolahan buat minta jemput. Biasanya ngantri panjaaaang kalo pulang sekolah, terus sekali nelpon cuma 100 perak. Gue inget banget tuh, dulu sempat ada kartu voucher gitu buat nelpon, jadi ga usah pake koin tinggal masukin kode-kode gitu.
Masih minta alasan lain? Acara TV! Surganya acara TV untuk anak-anak mungkin dialami oleh generasi gue, terutama hari Minggu. Dari Subuh, gue udah bangun buat mantengin TV. Kalau ga salah, dulu mulai jam 5 pagi itu udah ada Club Disney Indonesia dan sampai jam 12 siang, tapi lama-lama menyusut sampai jam 10 doang. Dan sekarang, udah ga tau lagi deh, kartun kesayangan itu masih ada atau nggak. Ini nih kartun yang dulu suka ditontonin: Sailormoon, Gundam, Let's And Go, Hamtaro, Chibi Maruko Chan, Ksatria Baja Hitam, Cardcaptor Sakura, UFO Baby, Do Re Mi, Pokemon, Digimon, Doraemon, Detektif Conan, Crayon Sinchan, Samurai X, Inuyasha, Dragon Ball, Power Ranger, Mojacko, Ninja Hatori, Ninja Boy, Dr. Slump, P-Man, Ultraman, Anpanman, ada si Unyil juga, dan masiiiiiiiiiiiih banyak lagi. Hahaha.
Menyenangkan bukan hidup sebagai 90's kids?
Langganan:
Postingan (Atom)