Kemampuan deduksi dari seorang Sherlock Holmes itu sangat luar biasa. I was always amazed by him, everytime I read the book or watch the movies. Well, karena tema wisuda Juli yang akan datang katanya Sherlock Holmes, gue jadi kembali membuka beberapa novelnya dan menonton tv series-nya.
Pertama kali gue nonton series-nya itu yang versi lama, yg ada tujuh seri. Gue donlot itu waktu TPB, internet di rumah lemot dan masih pakai desktop pc, terus gue tinggal tidur dah donlotannya. Haha. Tapi, yang mau gue bahas kali ini series yang baru dibuat sejak versi layar lebarnya yang pertama keluar tahun 2009 dan mulai tayang di BBC tahun 2010 kalau tidak salah. Di tv series tersebut, backgroundnya bukan lagi akhir abad 19 dan awal abad 20 melainkan era saat ini. Hahaha. Dalam postingan kali ini gue cuma mau sedikit curcol nih apa aja yang bikin gue terkesima dengan serial tersebut dan yang gue ga suka as a big fan of the 'old' Sherlock from the novel.
Gue mulai cerita dari pertama kali baca novel Sherlock karena Detektif Conan yang gue baca sejak kelas 2 SD. Dan gue baru mulai baca novelnya saat gue kelas 6 SD atau 1 SMP. Sejak saat itu mungkin gue juga jadi sedikit obsessed dengan Sherlock seperti Shinichi. It was because he was a great man. Haha. He's almost perfect, I think. He could deduce every single thing in a second, he's a good observant (unlike me who is ignorant), he could play anggar, he could play violin, he could disguise without being recognized even by dr. Watson. Well, the positive sides from Sherlock, tapi dia juga punya kekurangan seperti suka ngobat, terkadang ga tau sikon untuk bersimpati dan berempati karena terlalu logis, jadi perfect yg gue maksud cuma diliat dari positifnya aja XD. I love the way he is. Bahkan gue sempet ngikutin kebiasaan dia ga makan kalo lagi mikir, dan hal tersebut gue cerna sebagai suatu hal ilmiah, sistem pencernaan itu bisa memeperlambat kerja otak kita untuk berpikir, intinya gitu sih.
Lanjut, pertama kali gue nonton serial tv-nya diceritain pertemuan pertama Holmes dan Watson. Di serial tersebut banyak elemen yang ditambahkan, but it was still ok for me. Sekarang ngomongin karakternya. Karakter yang ada dibayangan gue itu Sherlock sedikit lebih tua dibandingkan pemerannya. Pas pertama kali nongol mukanya keliatan bocah padahal seharusnya lebih tua dari itu, tapi lancip dagu, tingginya, style nya, gaya bicaranya lebih menggambarkan Sherlock dibanding Robert Downey Jr. Kalau pemeran Watson no comment, cuma lebih sering digambarkan berkumis dan di sini nggak, sikap penurut dan mengagumi Sherlock nya very nice. Karakter lainnya, Mycroft, di novel itu jarang sekali muncul tapi di serialnya terlalu sering, bahkan pertama kali gue nonton pas Watson diculik gue kira itu Moriarty. Di novelnya, Mycroft digambarkan sedikit tambun, seorang konsultan kerajaan dan pemerintahan Inggris yang bisa memecahkan kasus hanya dengan duduk diam dan membayangkannya di kursinya, even Sherlock admitted that actually his brother is much cleverer than he is. Kemampuan Mycroft sebenarnya lebih hebat jika bersaing dengan Sherlock dalam hal deduksi. Nah, kalau di serialnya, sang kakak digambarkan kurus tinggi seperti Sherlock namun lebih tua, dia juga tidak lebih hebat dari Sherlock, dia sering muncul dan malah sering meminta bantuan Sherlock. Profesor Moriarty sendiri yang gue bayangkan sesosok pria paruh baya yang masih sangat kuat dan brilliant just like Sherlock. Kalau di serialnya, sang profesor dunia kejahatan ini masih muda dan agak kurang greget sih kalau buat gue.
Kemampuan deduksi Sherlock itu luar biasa, gue jatuh cinta sama detektif. Salah satu cita-cita gue waktu SD juga pengen jadi detektif, haha. Pengen aja masuk kepolisian dan berjuang mengungkapkan kebenaran. Sherlock itu observant, dia benar-benar pengamat yang baik, seperti yang sering dia bilang, kita itu melihat semuanya, tapi tidak mengamatinya. Gue pengen deh bisa jadi pengamat yang baik, sayangnya sifat gue itu super ignorant. Fufu. Sherlock bisa mengetahui latar belakang, pekerjaan, dan apa yang dialami oleh orang tersebut hanya dengan mengamatinya. Focus on details. Dia bisa melihat detil sekecil apapun. I wish I could be just like him so I could read people. Kemampuan yang sangat bermanfaat. What a great detective Sherlock Holmes is!